Manajemen
Konflik di Klub Sepakbola
Konflik merupakan suatu hal yang biasa kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Begitu pula dalam sepakbola, konflik sudah menjadi bagian yang melekat
erat dalam olahraga ini, tak terlepas pula konflik yang terjadi dalam sebuah
klub sepakbola. Konflik tidak selamanya memberikan suatu kelemahan, konflik
bisa juga memberikan suatu nilai tambah.
Intermilan
dan Chelsea merupakan dua klub di dua negara berbeda yang dapat kita jadikan
contoh bagaimana mereka menata konflik yang harus mereka hadapi. Era 80-an
Intermilan boleh dikatakan gagal dalam melakukan manajemen konflik. Pembelian
pemain bintang yang mereka lakukan tanpa diimbangi manajemen yang baik akhirnya
menimbulkan konflik dalam diri pemain. Banyak pemain bintang yang merasa kurang
mendapakan kepuasan akibat seringnya mereka berada di bangku cadangan.
Akibatnya mereka sulit menunjukkan kemampuan mereka akibat persaingan yang
harus mereka hadapi. Dengan demikian konflik yang terjadi tidak memberikan
keuntungan bagi Inter sendiri akan tetapi memberikan keuntungan kepada klub
yang lain yang menjadi buangan pemain bintang Inter karena pemain buangan Inter
biasanya membuat gigit jari petinggi Inter akibat semakin membaiknya permainan
mereka. Baru pada era Mancini Inter berusaha menata kembali konflik yang ada. Pemain
bintang yang dibeli Inter merupakan pemain yang memang sangat dibutuhkan dalam
permainan ala Mancini. Selain itu era ini juga berusaha menumbuhkan semangat
kebersamaan dan kekeluargaan antar pemain, sehingga sampai saat ini terlihat
begitu harmonisnya hubungan para pemain Inter. Kita bisa melihat bagaimana
seorang Adriano yang “sakit-sakitan” akhirnya bisa menemukan kembali
permainannya dengan berbagai macam dorongan dan bantuan dari pemain lain dalam
pertandingan demi pertandingan.
Chelsea
pada awal kepelatihan Maurinho memanfaatkan konflik yang ada untuk lebih
memompa semangat pemain Chelsea. Kita bisa melihat bagaimana pembelian pemain
bintang yang mempunyai posisi yang sama yang dilakukan oleh Maurinho, dengan
harapan bahwa setiap pemain harus memberikan yang terbaik karena jika tidak
maksimal pemain lain siap menggantikan. Yang lebih menarik lagi pemain buangan
Chelsea era Maurinho jarang yang bisa membuat Maurinho merasa menyesal telah
membuangnya karena permainan mereka memang terbilang rata-rata. Walaupun demikian
Maurinho tidak berlebihan dalam menciptakan konflik yang ada dengan menjaga
hubungan yang baik dengan pemainnya. Oleh karena itu maurinho menjadi salah
satu pelatih yang mati-matian dipertahankan oleh anak asuhnya ketika sang
pelatih digosipkan akan dilepas Chelsea. Sedangkan akhir-akhir ini konflik yang
berlebihan yang dilakukan dengan pembelian pemain bintang yang tidak dibutuhkan
oleh sang pelatih membuat Chelsea harus merasakan betapa sensitifnya sebuah
konflik.
Sebagai
sesuatu yang mesti ada dalam kehidupan, baik dan buruknya konflik tergantung
bagaimana kita menyikapinya. Blue Must Go On.
by: Tantowi Azizi Sahoed
No comments:
Post a Comment