Blog Archive

Thursday 9 July 2015

Manajemen Konflik di Klub Sepakbola

Manajemen Konflik di Klub Sepakbola
          Konflik merupakan suatu hal yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam sepakbola, konflik sudah menjadi bagian yang melekat erat dalam olahraga ini, tak terlepas pula konflik yang terjadi dalam sebuah klub sepakbola. Konflik tidak selamanya memberikan suatu kelemahan, konflik bisa juga memberikan suatu nilai tambah.
            Intermilan dan Chelsea merupakan dua klub di dua negara berbeda yang dapat kita jadikan contoh bagaimana mereka menata konflik yang harus mereka hadapi. Era 80-an Intermilan boleh dikatakan gagal dalam melakukan manajemen konflik. Pembelian pemain bintang yang mereka lakukan tanpa diimbangi manajemen yang baik akhirnya menimbulkan konflik dalam diri pemain. Banyak pemain bintang yang merasa kurang mendapakan kepuasan akibat seringnya mereka berada di bangku cadangan. Akibatnya mereka sulit menunjukkan kemampuan mereka akibat persaingan yang harus mereka hadapi. Dengan demikian konflik yang terjadi tidak memberikan keuntungan bagi Inter sendiri akan tetapi memberikan keuntungan kepada klub yang lain yang menjadi buangan pemain bintang Inter karena pemain buangan Inter biasanya membuat gigit jari petinggi Inter akibat semakin membaiknya permainan mereka. Baru pada era Mancini Inter berusaha menata kembali konflik yang ada. Pemain bintang yang dibeli Inter merupakan pemain yang memang sangat dibutuhkan dalam permainan ala Mancini. Selain itu era ini juga berusaha menumbuhkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan antar pemain, sehingga sampai saat ini terlihat begitu harmonisnya hubungan para pemain Inter. Kita bisa melihat bagaimana seorang Adriano yang “sakit-sakitan” akhirnya bisa menemukan kembali permainannya dengan berbagai macam dorongan dan bantuan dari pemain lain dalam pertandingan demi pertandingan.
            Chelsea pada awal kepelatihan Maurinho memanfaatkan konflik yang ada untuk lebih memompa semangat pemain Chelsea. Kita bisa melihat bagaimana pembelian pemain bintang yang mempunyai posisi yang sama yang dilakukan oleh Maurinho, dengan harapan bahwa setiap pemain harus memberikan yang terbaik karena jika tidak maksimal pemain lain siap menggantikan. Yang lebih menarik lagi pemain buangan Chelsea era Maurinho jarang yang bisa membuat Maurinho merasa menyesal telah membuangnya karena permainan mereka memang terbilang rata-rata. Walaupun demikian Maurinho tidak berlebihan dalam menciptakan konflik yang ada dengan menjaga hubungan yang baik dengan pemainnya. Oleh karena itu maurinho menjadi salah satu pelatih yang mati-matian dipertahankan oleh anak asuhnya ketika sang pelatih digosipkan akan dilepas Chelsea. Sedangkan akhir-akhir ini konflik yang berlebihan yang dilakukan dengan pembelian pemain bintang yang tidak dibutuhkan oleh sang pelatih membuat Chelsea harus merasakan betapa sensitifnya sebuah konflik.

            Sebagai sesuatu yang mesti ada dalam kehidupan, baik dan buruknya konflik tergantung bagaimana kita menyikapinya. Blue Must Go On.

by: Tantowi Azizi Sahoed

No comments:

Post a Comment